Selasa, 22 Mei 2012

Pelapisan Sosial, Persamaan Derajat, Diskriminasi dan pemerataan Sosial

BAB I 
Pendahuluan
A. Latar Belakang
‘’ Inna kholaknakum min dzkarin wa unsa wa jaalnakum suuban wa qobaila litaarofu’’ 
Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan potensi yang sama sebab manusia merupakan satu keluarga dari rahim seorang Hawa dengan bapak tunggal Adam As, namun seiring dengan banyaknya kepentingan, maksud dan tujuan yang berbeda, lazimlah bila dikemudian hari tibullah rasisme yang muncul karena perbedaan-perbedaan. 

Islam datang sebagai pencerah, maka dari itu agama yang pernah menjadi agama terbesar di dunia ini memberikan wacana yang kamil terkait pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social sebab kita sebagai anak cucu adam seperti yang disebutkan Rasulullah adalah saudara, maka hiasilah tali persaudaraan tanpa memandang status social, ras, suku, agama maupum perbedaan lainnya dengan sabdanya “Innamal mu`minuna ikhwatun, fa ashlihu baina akhawaikum”
Namun, akhir-akhir ini sering timbul pertikaian karena perbedaan-perbidaan kecil yang dianggap agung ini. Maka kami sebagai mahasiswa memiliki bentuk kepedulian untuk memberantas kebatilan ini minimal dengan menyusun paper yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan mendasar pada sisi kemanusian namun selalu dikobar-kobarkan.

B. Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang masalah ini maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut : 
  •  Apakah pengertian pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan  pemerataan social ?
  • Apa saja factor-faktor yang menyebabkan adanya pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social ? 
  •  Bagaimana cara penyelesaian problema pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social ?

BAB II 
Pembahasan[1]
A.     Pengertian Pelapisan Social, Persamaan Derajat, Diskriminasi Dan Pemerataan Social
1. Pelapisan Sosial
Istilah stratifikasi berasal dari akar kata strata atau stratum yang berarti lapisan. oleh karena social stratification sering diterjemahkan sebagai pelapisan masyarakat. Pitrim A. sorokin memberikan  definisi pelapisan adalah perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis). Seperti : kelas atas, tengah dan bawah[2].
2. Persamaan derajat.
Persamaan drajat berdasarkan pasal 1 UUD 1945 yang berbunyi: sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Meraka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lainnya dalam persaudaraan[3].

3. Diskriminasi
        Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama[4].

4. Pemerataan social
Pemerataan social merupakaan sebuah proses dalam mencapai kesejahteraan masyarakat  baik hak dan kewajibannya seperti hadis Rasulullah bahwa sesungguhnya seorang muslim adalah saudara seperti halnya sebuah bangunan yag saling mengokohkan antara satu dengan yang lainnya.
B.     Faktor-faktor Pelapisan Social, Persamaan Derajat, Diskriminasi Dan Pemerataan Social
      Ada beberapa factor yang melatar belakangi terjadinya pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemeratan social diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor kekayaan
  factor ini dapat di jadikan sebagai ukuran yang orientasinya kepada harta benda yang dimiliki oleh sekelompok orang, barang siapa yang mempunyai kekayaan paling banyak. Maka, dia akan berada pada kelas teratas seperti contoh mobil pribadi, cara bagaimana menggunakan pakaian dan kebiasaa berbelanja barang mahal.

2. Faktor kekuasaaan
   barang siapa yang mempunyai kekuasaan atau wewenang dalam masyarakat maka dialah termasuk pada kelas teratas

3. Faktor  kehormatan
  Ini adalah salah satu yang menyebabkan terjadinya pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan  pemerataan social mereka yang paling disegani  dan di hormati maka dia akan mendapatkan penghormatan sekaligus akan menduduki kelas social teratas hal seperti ini seringkali kita jumpai di kalangan masyarakat tradisional.

4. Faktor Ilmu pengetahuan
Dalam  hal ini pengetahuan menjadi ukuran utama sebagai timbagan di kalangan kalangan masyarakat yang kadang kala ukuran ini menyebabkan sisi negatif karena di sisi lain terkadang bukan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh akan tetapi hanya gelas serjana yang belum tentu di dukung denga performanya di masyarakat[5].
Dari uraian tersebut maka lahirlah yang namanya kelas teratas (uuper class) dan kelas bawah (lower class), masyarakat yang tediri dari tiga kelas yaitu kelas atas (uuper class), kelas menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class)
C. Cara Penyelesaian Problema Pelapisan Social, Persamaan Derajat, Diskriminasi Dan    Pemerataan Social
Kita sebagai umat Islam pastinya mengenal Alqur’an dan Alhadis keduanya hadir sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman begitu pula dalam mengatasi problema pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social yang selalu menjadi momok dan gejala sosial di dalam masyarakat manapun termasuk Indonesia.
Alquran hadir unutk menyelsaiakn semua permasalahan, ada taiga unsur kata kunci di dalam alqur’an[6]

1.Al Ummah Al wahidah
Poin ini bermakna sebagai masyarakat yang bersatu, artinya tida ada pembatas antara satu golongan dengan golongan yang lainnya sebab pada dasarnya persatuan memiliki tafsiran tujuan visi dan misi yang sama yaitu membangun peradaban yang lebih baik.

Jadi Islam tidak pernah memandang golongan atau person karena strata social mereka, bukan seperti kebudayaan India yang mengenal Kasta seperti Kasta Brahmana, Kasta ksatria, Kasta waisya, Kasta Sudra, dan Kasta Paria[7] serta menghapus tradisi jahiliyah seperti perbudakan

2.Al Ummah Al washatan
Arti poin ini adalah memupuk rasa nasionalisme dalam sanubari masyarakat, Rasulullah pernah menerapkan system ini ketika menjadikan Madinah sebagai pusat peradaban di dunia, padahal penduduk Madinah tidak hanya terdiri dari ummat islam namun ada juga masyarakat minoritas yang memeluk kepercayaan Majusi, Yahudi dan Nasrani, akan tetapi perbedaan ini tidak menjadi batu kerikil keberhasilan Nabi Muhammad malah menjadi kekuatan baru yang kokoh karena rasa nasionalisme

Karena hal inilah kemudian lahir piagam Madinah yang berisi seruan hidup nyaman tanpa pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social. Nah, karena hal inilah maka kemudian lahir istilah masyarakat madani (nisbat pada kota Madinah) atau yang lebih masyhur dengan cvil society. jadi bisa di maklumi bahwa presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno mengadopsi dan pernah menerapkan hal ini dengan di gagasnya piagam Jakarta tapi karena tidak jelasnya para pemimmpin penerusnya maka substansi piagam Jakarta hanya tinggal kenangan saja

3.Khairu ummah
Poin ini berarti masyarakat yang unggul, maka tiada cara untuk mencapainya kecuali dengan melakukan dua poin sebelumnya sebab sebenarnya khairu ummah merupakan hasil akhir darinya 

Khairu Ummah bisa pula disebut cita-cita luhur dari adanya persatuan dan nasionalisme karena tidak akan tercipta sebuah nikmatul ummah (keberhasilan masyarakat) tanpa adanya nahdlatul ummat (kebangkitan masyarakat) dan nahdlatul ulama (kebangkitan kaum intelektual) yang hanya bisa diwujudkan dengan persatuan dan animo nasionalisme yang tinggi[8]
BAB III
Kesimpulan
Untuk menarik kesimpulan tentang pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social maka kita harus memahami teori khuldisme yang merujuk pada kepemilikan buah khuldi pada setiap insan karena merupakan warisan tunggal kakek Adam dan nenek Hawa, walaupun ada perbedaan ras, suku, agama dan warna kulit

Factor  lahirnya pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social  jelas disebabkan karena kekayaan, kekuasaan, kedudukan, kehormatan dan ilmu pengetahuan yang akhir-akhir ini sering di agungkan padahal tuhan tidak pernah menilai semua ini karena penilaianNya hanya terpatri pada ketakwaan seseorang

Persatuan, kebangkitan dan tingginya rasa nasionalisme dalam segala hal bisa meruntuhkan imperium pelapisan social, persamaan derajat, diskriminasi dan pemerataan social


[1] Paper ini bisa diunduh pada catatan dunia maya penyusu : www.em-edisugianto.blogspot.com
[2] Abu ahmadi, ilmu sosial dasar,(Jakarta: Rineka cipta,1991) hal 197
[3] Mawardi, IAD-ISD-IBD,(Bandung: Pustaka setia, 2007) 249
[4] Kamisa, Kamus lengkap Bahasa Indonesia,(Surabaya: Kartika, 1997) 143
[5] Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar,(Jakarta:Rineka cipta,1991) 205
[6] M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani ; Agama, Kelas Menengah Dan Perubahan Social, (Jakarta:LP3S, 1999) 82
[7] Ibid 201
[8] Abdullah Hanani, Menciptakan Nimatul Ummat Dengan Nahdlatul Ummat Dan Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Mediasi HMI Adab IAIN,2010) 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar