Oleh:
Muhammad Edi Sugianto
Sebenarnya tulisan ini tidak mempunyai pretesnsi apa-apa, kecuali menginginkan
para pembaca agar bisa mawas diri, sehingga tidak hanya menjadi pendengar setia
ketika ada orang menyebut kata Pesantren yang begitu popular di seantero
nusantara ini. ‘’Pesantren’’ begitulah sebutan bagi lembaga tertua negeri
tercinta ini yang sangat berjasa sekali dalam pembangunan serta mengisi dan
mengembangkan Indonesia. Sehingga penulis
sangat tergugah untuk menyampaikan ide-idenya tentang peran pesantren ditengah
kehidupan hedonisme dan era globalisasi yang pada saat ini telah menjadi bahan
kajian serta perbandingan bagi para
pembaca.
Kalau kita
telaah lebih dalam lagi, pesantren merupakan wadah dimana terdapat anak-anak,
remaja dan dewasa sebagai penghuni tetap di dalamnya, mereka bertujuan untuk
menggali potensi diri mereka masing-masing didalam lembaga yang mempunyai cirri
khas tersendiri ini. Karena pesantren memang bertujuan untuk unutk mencetak
para kader islam yang akan berjuang demi agamanya, (Sabili, 2006:29). Hal ini
sangat konten sekali dengan dunia pesantren yang selalu mendoktrin anak
didiknya untuk bertafakkuh fiddin seperti yangt elah tertera dalam
konteks Al-quran.
Secara umum,
selain ciri khas utama pesantren sebagai lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu
agama sebagai pondasi awal, pesantren
juga mampu menyisipkan ilmu-ilmu umum untuk menambah ghirah belajar para
santriwan santriwati. Sehingga, pesantren tetap mampu berdiri dan mempuni dalam
kemandiriannya yang apabila dilihat dari para jebolan atau output yang
didirikan pertama kali oleh para wali songo hususnya dipulau jawa untuk sarana
menyebarkan agama islam, hal ini telah dibuktikan oleh beberapa pesantren yang
mampu berdikari dan mandiri dimanapun mereka berpijak di atas tanah pertiwi
yang begitu subur sebagai alas mereka. Menilik dari fenomina yang ada, terlahir
sesosok ‘’Hidayat Nurwahid Abdurrahman Wahid’’ yang merupakan politisi ulung tanpa melupakan
sosok cendikiawan muslim yang selalu
berusaha menampakkan akhlak terpuji dan kewibawaan sehingga tak seorangpun yang
tak mengenal beliau berdua. Bahkan mereka mampu memnghipnutis semua orang
dengan kewibawaan dan keindahan akhak yang selalu menghiasi kehidupan
sehari-harinya. Tidak hanya sikap yang mereka tunjukkan tetapi juga pemikiranya
yang sampai saat ini menjadi rujukan bagi setiap insan akademis. Bahkan walau
belum lama malang-melintang di jagad politik nasional beliau telah berhasil
memberikan keteladanan yang sangat berarti serta patutu dicontoh oleh seluruh
lapisan masyarakat baik tua maupun generasi muda saat ini yang sudah jauh
berbeda serta menyimpang dari ajaran agama. Hal ini tidak luput dari jasa
pesantren yang memang mengajarkan hal-hal tersebut.
Dari gambaran
di atas sangat jelas sekali bahwa pendidikan pesantren sangatlah paradok dengan
lembaga-lembaga pendidikan di luar pesantren yang kebanyakan para siswa
siswinya terpengaruh oleh dunia hedon yang datangnya secara samar sehingga hal
tersebut mempengaruhi pada pola hidup dan fikir para siswanya. Hal ini
bisadibuktikan dengan waktu mereka yang dihabiskan untuk Hangout
diberbagai tempat yang dianggap oleh mereka sebabai sebagai tempat kepuasan dhahiriyah
saja. Seperti Mall, café dan toko-toko swalayan sedangkan
perpustakaan dan buku yang seharusnya menjadi tempat mereka untuk menghabiskan
waktu mereka membaca buku sebagai sarana mengisi otak dengan info-info yang
positif. Hal ini tidak lagi menjadi prioritas kegiatan mereke melaikan sebagai
sampingan dan kebutuhan yang kesekian. Untuk menanggulangi hal tersebut penulis
berpendapat Pesantrenlah tempat yang tepat terbaik sebagai tempat
berlabuh untuk menuntuk ilmu sebanyak mungkin, baik agama maupun umum.
Terdapat banyak
perbedaaan yang mencolok antara pesantren dan lembaga di luar pesantren Pertama
denga keterbatasan yang dimiliki pesantren mampu tampil sebagai lembaga
unggulan dalam memumpa semangat belajar peserta didik yang nantinya akan
menjadi generasi yang berakhlak karimah dan berpandangan jauh ke depan yang
orientasinya pada masa depan yang brilliant hal ini dipengaruhi oleh faktor
lingkungan sekitar pesantren yang selalu mengajarkan jauh dari pergaulan bebas
bahkan mereka menampilkan pola hidup sederhana dan bersahaja di mata
masyarakat, apalagi dilihat dari aktifitas sehari-harinya pesantren merupakan
tempat beribadah yang murni, mulai dari sholat berjamaah, pergi kepesarean para
kiai sepuh, mengaji kitab klasik karangan karya ulama terdahulu baik yang
berhubungan dengan hokum syariah, muamalah dan lain sebagainya. Penurut penulis
tepaat sekali kalau kita mengatakan bahwa pesantrenlah yang selama ini
memberikan sumbangsih besar bagi masyarakat yang buta akan kegemerlapan fana
ini. Hal ini yang harus kita ajungi jempol meskipun pemerintah tidak mengguyurkan
dana yang berarti bagi dunia pesantren, namu hal tersebut tidak menghalangi
untuk proses keberlangsungan belajar mengajar karena mereka tidak terobsesi
dengan gaji yang tinggi tapi lembaga ini tetap konsisten di dalam menghasilkan
outputnya yang dibutuhkan orang banyak. Karena selama ini pesantren telah
tampil seperti halnya lahan pertanian yang siap ditanami apa saja yang nantinya
akan kita rasakan hasilnya bersama serta menjadi produk yang mampu mendobrak
dari keterbelakangan sampai-sampai penulis tidak bisa mendeteksi sudah berapa
juta orang yang telah merasakan kebahagiaan bersama di dalam pesantren bahkan
mulai mantan presiden Kiai Abdurrahman Wahid, Amin Rais, KH. Hasyim Muzadi dkk
menjadi icon pesentren, inilah dunia pesantren yang penuh dengan kejutan
dan tidak akan pernah berhenti untuk memberikan lulusan-lulusan terbaiknya dari
segi keilmuan, pemikiran dan prestasinya mulai dari dunia pendidikan, politik,
jurnalistik, bisnis.
Izin copas bang, ulasan yang menarik. . . Saya setuju bahwa Peran Pesantren sgt terdepan dlm hal pendidikan karakter juga :)
BalasHapus