Kamis, 21 Juni 2012

Peran Pesantren di Tengah Hedonisme dan Era Globalisasi


Oleh: Muhammad Edi Sugianto
Sebenarnya tulisan ini tidak mempunyai pretesnsi apa-apa, kecuali menginginkan para pembaca agar bisa mawas diri, sehingga tidak hanya menjadi pendengar setia ketika ada orang menyebut kata Pesantren yang begitu popular di seantero nusantara ini. ‘’Pesantren’’ begitulah sebutan bagi lembaga tertua negeri tercinta ini yang sangat berjasa sekali dalam pembangunan serta mengisi dan mengembangkan Indonesia.  Sehingga penulis sangat tergugah untuk menyampaikan ide-idenya tentang peran pesantren ditengah kehidupan hedonisme dan era globalisasi yang pada saat ini telah menjadi bahan kajian serta  perbandingan bagi para pembaca.

Kalau kita telaah lebih dalam lagi, pesantren merupakan wadah dimana terdapat anak-anak, remaja dan dewasa sebagai penghuni tetap di dalamnya, mereka bertujuan untuk menggali potensi diri mereka masing-masing didalam lembaga yang mempunyai cirri khas tersendiri ini. Karena pesantren memang bertujuan untuk unutk mencetak para kader islam yang akan berjuang demi agamanya, (Sabili, 2006:29). Hal ini sangat konten sekali dengan dunia pesantren yang selalu mendoktrin anak didiknya untuk bertafakkuh fiddin seperti yangt elah tertera dalam konteks Al-quran.

Secara umum, selain ciri khas utama pesantren sebagai lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu agama sebagai pondasi  awal, pesantren juga mampu menyisipkan ilmu-ilmu umum untuk menambah ghirah belajar para santriwan santriwati. Sehingga, pesantren tetap mampu berdiri dan mempuni dalam kemandiriannya yang apabila dilihat dari para jebolan atau output yang didirikan pertama kali oleh para wali songo hususnya dipulau jawa untuk sarana menyebarkan agama islam, hal ini telah dibuktikan oleh beberapa pesantren yang mampu berdikari dan mandiri dimanapun mereka berpijak di atas tanah pertiwi yang begitu subur sebagai alas mereka. Menilik dari fenomina yang ada, terlahir sesosok ‘’Hidayat Nurwahid Abdurrahman Wahid’’  yang merupakan politisi ulung tanpa melupakan sosok cendikiawan  muslim yang selalu berusaha menampakkan akhlak terpuji dan kewibawaan sehingga tak seorangpun yang tak mengenal beliau berdua. Bahkan mereka mampu memnghipnutis semua orang dengan kewibawaan dan keindahan akhak yang selalu menghiasi kehidupan sehari-harinya. Tidak hanya sikap yang mereka tunjukkan tetapi juga pemikiranya yang sampai saat ini menjadi rujukan bagi setiap insan akademis. Bahkan walau belum lama malang-melintang di jagad politik nasional beliau telah berhasil memberikan keteladanan yang sangat berarti serta patutu dicontoh oleh seluruh lapisan masyarakat baik tua maupun generasi muda saat ini yang sudah jauh berbeda serta menyimpang dari ajaran agama. Hal ini tidak luput dari jasa pesantren yang memang mengajarkan hal-hal tersebut.

Dari gambaran di atas sangat jelas sekali bahwa pendidikan pesantren sangatlah paradok dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar pesantren yang kebanyakan para siswa siswinya terpengaruh oleh dunia hedon yang datangnya secara samar sehingga hal tersebut mempengaruhi pada pola hidup dan fikir para siswanya. Hal ini bisadibuktikan dengan waktu mereka yang dihabiskan untuk Hangout diberbagai tempat yang dianggap oleh mereka sebabai sebagai tempat kepuasan dhahiriyah saja. Seperti Mall, café dan toko-toko swalayan sedangkan perpustakaan dan buku yang seharusnya menjadi tempat mereka untuk menghabiskan waktu mereka membaca buku sebagai sarana mengisi otak dengan info-info yang positif. Hal ini tidak lagi menjadi prioritas kegiatan mereke melaikan sebagai sampingan dan kebutuhan yang kesekian. Untuk menanggulangi hal tersebut penulis berpendapat Pesantrenlah tempat yang tepat terbaik sebagai tempat berlabuh untuk menuntuk ilmu sebanyak mungkin, baik agama maupun umum.
 
Terdapat banyak perbedaaan yang mencolok antara pesantren dan lembaga di luar pesantren Pertama denga keterbatasan yang dimiliki pesantren mampu tampil sebagai lembaga unggulan dalam memumpa semangat belajar peserta didik yang nantinya akan menjadi generasi yang berakhlak karimah dan berpandangan jauh ke depan yang orientasinya pada masa depan yang brilliant hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar pesantren yang selalu mengajarkan jauh dari pergaulan bebas bahkan mereka menampilkan pola hidup sederhana dan bersahaja di mata masyarakat, apalagi dilihat dari aktifitas sehari-harinya pesantren merupakan tempat beribadah yang murni, mulai dari sholat berjamaah, pergi kepesarean para kiai sepuh, mengaji kitab klasik karangan karya ulama terdahulu baik yang berhubungan dengan hokum syariah, muamalah dan lain sebagainya. Penurut penulis tepaat sekali kalau kita mengatakan bahwa pesantrenlah yang selama ini memberikan sumbangsih besar bagi masyarakat yang buta akan kegemerlapan fana ini. Hal ini yang harus kita ajungi jempol meskipun pemerintah tidak mengguyurkan dana yang berarti bagi dunia pesantren, namu hal tersebut tidak menghalangi untuk proses keberlangsungan belajar mengajar karena mereka tidak terobsesi dengan gaji yang tinggi tapi lembaga ini tetap konsisten di dalam menghasilkan outputnya yang dibutuhkan orang banyak. Karena selama ini pesantren telah tampil seperti halnya lahan pertanian yang siap ditanami apa saja yang nantinya akan kita rasakan hasilnya bersama serta menjadi produk yang mampu mendobrak dari keterbelakangan sampai-sampai penulis tidak bisa mendeteksi sudah berapa juta orang yang telah merasakan kebahagiaan bersama di dalam pesantren bahkan mulai mantan presiden Kiai Abdurrahman Wahid, Amin Rais, KH. Hasyim Muzadi dkk menjadi icon pesentren, inilah dunia pesantren yang penuh dengan kejutan dan tidak akan pernah berhenti untuk memberikan lulusan-lulusan terbaiknya dari segi keilmuan, pemikiran dan prestasinya mulai dari dunia pendidikan, politik, jurnalistik, bisnis.

1 komentar:

  1. Izin copas bang, ulasan yang menarik. . . Saya setuju bahwa Peran Pesantren sgt terdepan dlm hal pendidikan karakter juga :)

    BalasHapus